No Vaccine For The Dying

Hari ini aku baca di laman Liputan 6 Health, tulisan dari Aditya Eka Prawira 👇 


http://health.liputan6.com/read/2990358/bahaya-untuk-indonesia-bila-banyak-artis-yang-antivaksin.



Tulisan itu diawali dengan berita seorang ibu (yang juga seorang artis) yang mengunggah foto (ngga tau berapa buah foto) anaknya terserang penyakit campak di instagram.
Yang menarik (dan mau aku bahas), ibu tersebut adalah seseorang yang tidak setuju akan vaksin dan akibat ketidaksetujuan tersebut memilih untuk tidak melakukan vaksinasi kepada anaknya.


Pada artikel tertanggal 14 Juni 2017 tersebut, Aditya juga mengutip banyak perkataan dokter spesialis anak sekaligus pendiri Rumah Vaksinasi: Piprim Basarah Yanuarso.
Yang highlight adalah imunisasi penting sekali untuk mencegah penyakit ganas dan berbahaya.
Ganas dan berbahaya, 2 hal yang dengan gamblang disampaikan.

video Youtube dari akun "Ayo Mikir"


Aku jadi teringat oleh teman di tempat kerja dulu yang nyata-nyata menyampaikan kepadaku bahwa anak-anaknya (kala itu sudah 2 orang) tidak divaksin.
Sampai sekarang (masih) menjadi satu-satunya eviden yang aku dengar dengan telingaku sendiri.


Well this is my opinion.


Aku di sisi pro vaksin, imunisasi.
Terhadap orang yang kontra, aku tidak keberatan.
Seriously, aku pikir itu pilihan setiap orang.
Why bother? (bener ngga nih bahasa Inggris hahaha).


"Oh ngga bisa gitu dong Rian, bagaimana dengan kenyataan bahwa cakupan vaksinasi ini harus tinggi, harus 80 persen lebih (yang divaksin). Kalau cakupan menurun menjadi (hanya) 60 persen (yang divaksin), wabah bisa muncul lagi".

And then...

"Seperti yang terjadi di Sumatera Barat. Di Padang, cakupan imunisasi sempat menurun drastis pada 2012. Dari 93 persen turun menjadi 35 persen, sehingga pada tahun 2014 meletus wabah difteri yang memakan banyak korban".


Hold your horses! 
I'll come up with it 😀


But 1st...


Teruntuk orang-orang yang memutuskan tidak mengizinkan anak-anaknya divaksin (oleh karena alasan apapun termasuk rohani) dan menganggap bahwa Air Susu Ibu, madu, kurma, herbal, dll dapat menggantikan vaksin itu meski katanya itu ngga bisa menggantikan vaksin... that is fine.

Anda tidak percaya bahwa vaksinasi dapat mencegah penyakit ganas dan berbahaya? That's okay.

Every decision has its own consequences... i still wanna play football with you guys, hangout, and share anything with you ☺
Nothing will ever change that.
Suatu saat ketika kita kembali bicara mengenai itu lalu aku bilang "vaksin lahhh anakmu" dan anda tetap tidak melakukannya... 👍😊👍 
Ok ✌ peace yaa hehehe.



Untuk orang-orang yang memutuskan memberikan vaksin kepada anak-anaknya namun worry terhadap cakupan vaksinasi yang rendah karena (mungkin) tetangga, teman sekantor, dll ngga setuju vaksin... you wanna say something to them?
Fine... but do not hate them and blame them if they end up choose differently after all the long talk tryna to confince.


So?
Just activate your faith ☺
Kalau kata Maura di AADC 2 (ciehhh kapan nontonnya nih?) akan ada turut campur semesta. 
Kalau text bahasa Malaysia-nya "kehendak Tuhan".

Relax and be rest, people.
He is (because of His everlasting kindness) protecting you twenty four seven.
Lah apalagi untuk sesuatu yang di luar kuasa kita, sesuatu yang oleh karena pilihan seseorang dapat berdampak kepada orang di sekitarnya.
Iya kannn?



Live your life, don't worry 😀
At least try not to (worry), ngga nambahin apa-apa pada jalan hidup kann 😀
After all.. you are born for greatness ☺



(judul artikelnya dari album "No Prayer (aslinya Prayer) For The Dying"-nya Iron Maiden. Rilis Oktober 1990. Jadul, jadul dehhh. EGP).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glico Wings' Frost Bite: Feast Killer

Memberi Makan 4000 Orang

Kamu Kasih Coca-Cola?