Sinamot: Opportunity Or Threat?

Bagi yang berasal dari suku Batak pasti tahu sinamot.
Well, at least garis besarnya lah.


Nulis tentang ini muncul ketika 2 saudaraku dalam waktu yang berdekatan (ngga sampe seminggu deh) bercerita tentang ini ke aku.



Sinamot adalah sejumlah uang yang disiapkan keluarga laki-laki untuk disampaikan/ diberikan kepada keluarga wanita dalam rangka persiapan pernikahan. Uang tersebut biasanya digunakan oleh keluarga wanita tersebut untuk keperluan resepsi pernikahan itu sendiri.
Bahasa bekennya mahar.



foto pernikahan Batak, tapi bukan yang dijadi'in cerita di sini ya hehehe



Tentu perlu dicapai kata sepakat mengenai jumlah uang yang akan diserahkan tersebut.
Untuk mencapai kata sepakat tersebut, digelarlah pembicaraan yang diadakan di rumah keluarga si wanita (calon mempelai wanita). 


Setelah diterima oleh keluarga si wanita, sinamot ini nantinya (selain untuk keperluan pernikahan) juga akan diberikan kepada abang/ adik daripada orang tua si wanita, lalu kepada Tulang atau saudara laki-laki dari Ibu si wanita, dan Kakak si wanita yang sudah berkeluarga atau kalau tidak posisi ini dapat digantikan oleh saudara perempuan Ayah si wanita (Namboru) yang sudah berkeluarga.
(http://ermor.blogspot.co.id/2013/06/tradisi-marhata-sinamot-pada-perkawinan-suku-batak-toba.html)




Cerita pertama tentang sinamot diceritakan berdasarkan pengalaman pernikahan abang kandungnya saudaraku.
Keluarga si wanita awalnya meminta Rp 100 juta.
Nego, nego, dan nego akhirnya "bungkus" di angka Rp 70 juta.
Waw jumlah yang fantastis. Resepsinya sendiri diadakan di tempat pria.



Cerita kedua dari saudaraku yang lainnya adalah tentang suatu pernikahan dengan bersinamot up to Rp 100 juta (jumlah pastinya undisclosed, udah kayak transfer pemain bola 😁).
Pernikahan tersebut berakhir dengan perceraian dalam kurun waktu 1 bulan setelah menikah.



Sinamot yang diperbincangkan sebagai "tameng" perceraian efektif ternyata tidak terbukti pada cerita kedua.
Alasan pernyataan "sinamot adalah tameng perceraian" tersebut adalah nilai nominal sinamot yang fantastis yang harapannya dapat menjadi pertimbangan kedua insan tersebut kalau-kalau mau pisah (cerai) karena beda prinsip dll.
Ya terbukti kannn... tetap tidak dapat menyelamatkan bahtera rumah tangga tersebut dari perceraian.


Tambahan, nilai nominal sinamot yang fantastis biasanya dikarenakan si wanita memiliki pendidikan tinggi, bisa jadi juga karena keluarganya berada (secara materi).
(http://www.medanbisnisdaily.com/news/arsip/read/2012/05/19/81057/sinamot-dalam-pernikahan-adat-batak/)



Lalu ada juga perbincangan bahwa sinamot adalah bukti kesungguhan pria.
(https://batak-network.blogspot.co.id/2016/12/inilah-lima-fakta-unik-sinamot-mahar.html). 
Aku bukan tidak setuju, namun ada baiknya faktor lain lebih diperhitungkan daripada sekedar nilai nominal sinamot.


Dan karena dibicarakan oleh kedua belah pihak, rasanya momen ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin sebab sinamot tak perlu mahal. Yang terutama adalah esensi pernikahan yang sejatinya adalah salah satu bentuk ibadah kita.
Yaaa jangan ampe batal lah hanya karena gelontoran Rupiah yang tidak sesuai.



Akhirnya... apakah akan menjadi opportunity (kesempatan) atau justru threat (ancaman)?
Seperti yang Dominic Toretto (Vin Diesel) bilang di Fast Five 2011:
"money come and go... we know that. But the important thing is everybody in this room (sambil melihat semua anggota teamnya). Salute to mi familia."


You are all born for greatness 😏

   



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memberi Makan 4000 Orang

Kamu Kasih Coca-Cola?

adidas: Die Marke Mit Den 3 Streifen