Gilbert Be My Guide


Aku punya ponakan, namanya Gilbert 👶
Desember 2019 nanti dia akan berusia 4 tahun. Lagi lucu-lucunya, lagi seneng nanya macem-macem dan yang bikin greget (kadang sampe menyebalkan), pertanyaannya diulang-ulang ama dia.




Belom lama ini, aku pernah ajak dia beli makanan Shalev (anjing pitbull-ku) ke Lotte Mart.
Kita pake mobil 🚗, dia duduk di seat-nya co-driver (sebelahku).
Dalam perjalanan balik ke rumah, dia berkali-kali nunjuk AC hampir di setiap rumah, ruko, toko, warehouse, dll yang kami lewati.

Awalnya sih cuman bilang “AC, itu AC, AC, itu AC” sambil nunjukin AC-nya.
Sampai setengah perjalanan mo nyampe ke rumah, eh dia ganti kalimatnya.
Kali ini bukan cuman pernyataan, tapi pertanyaan: “itu AC kan?”

Awalnya aku bisa konfirmasi ke dia bahwa iya bener itu AC karena aku lihat fisik AC-nya pada sisi yang dia tunjuk. “Iya betul”… kataku.

Lama-lama, ribet juga klo harus dongakin kepala buat nge-check atu-atu sebab makin rapid pertanyaannya.
Gile aje sambil nyetir gitu coba… ya jelas ngga safety.
Sepersekian detik otakku mikir, trus bergumam: “ya udahlahhh, iya’in aja, yaaa mo gimana lagi. Ini klo noleh-noleh mulu justru berbahaya”.

Jadi tiap dia nanya “itu AC kan? itu AC kan? itu AC kan?”, aku jawab: “iya, iya, iya” tanpa tau itu beneran AC apa ngga.
Klo ternyata itu bukan AC, berdosa deh gue.

Sampe rumah, aku mikir 😔

GUE EMANG BUTUH FORGIVENESS.

Ok, aku bisa aja melakukan sesuatu sehingga ngga terjebak pada kondisi itu, tapi itu natural banget kejadiannya.

It is an apocalypsis!
Lewat kejadian itu, aku jadi lebih mengerti kenapa salah satu ekspresi sayangNya Tuhan yang terbesar adalah… ya FORGIVENESS alias PENGAMPUNAN.


KITA TELAH DAN SELALU DIAMPUNI.
Setiap ucapan Yesus “engkau telah diampuni” di kitab suci selalu merupakan suatu deklarasi penuh, tyada terbantahkan, tyada syarat, tyada kualifikasi, ngga juga ada embel-embel “berbalik dari dosamu, hai ular beludak!”


Chris Green (twitter @cewgreen)

Itu sebabnya ke wanita yang ketangkap basah sedang berbuat zinah, Yesus bilang: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.”
“Akupun tidak menghukum engkau”… note bahwa kepastian kebebasan dari hukuman justeru disebut duluan oleh Yesus, baru setelah itu ujaran “jangan pernah berbuat dosa lagi”.
Knapa? Sebab Dia tau pasti, kepastian itu yang akan memerdekakan wanita itu untuk keluar dari belenggu dosa dan membuat perubahan dalam hidupnya.

Gambaran apa yang kita bisa peroleh dari kisah wanita di atas?
Yesus sama sekali ngga kawatir klo-klo wanita itu balik lagi ngelakukan itu!
Yesus ngga nanya apa dia merasa menyesal telah melakukan itu, juga ngga nuntut suatu perubahan yang radikal dari dia.
Wanita itu cuman matung di situ dan Yesus ngasi dia pengampunan bahkan sebelum dia minta!


Friends,
udah terlalu lama pengampunan ini jadi blind spot bagi banyak orang (atau mungkin semua kali ya).
It seems like otak kita ini kyanya ngga bisa percaya begitu saja kenyataan klo Tuhan itu Maha Pengampun.
Kedengarannya terlalu bagus untuk sebuah kenyataan.
Robert Farrar Capon pernah bilang klo sampe dengan hari ini pun free forgiveness lebih susah “ditelan” (dimengerti dan diterima) ketimbang religiusitas dan moralisme.


Kita semua punya rasa keadilan (sense of justice) oleh sebab itu kita bertanya “gimana mungkin Tuhan bisa gitu aja mengampuni orang yang berdosa?”
“No such thing as free lunch” they said.

Oh iya emang… emang bener klo Dia tidak begitu saja mengampuni.
Dia harus mengampuni dengan adil.
He had to justicely forgive, artinya klo kenyataannya manusia diampuni, logikanya harus ada substitute-nya.
Ya Yesus lah substitute-nya, peristiwa salib, divine exchange.

Aku, kalian, kita semua deserve death oleh karena dosa-dosa kita (dosa keturunan, dosa sendiri).
Kita ngga bisa berpikir bahwa kematianNya adalah kematianNya. Big no.
KematianNya adalah kematian kita.
Jadi, biarkan rasa keadilan yang muncul dalam diri kita semua dipuaskan dengan kenyataan itu.

Semua keragu-raguan, ketidakpastian, pemikiran apapun yang muncul dalam benak kita  tentang pengampunan… biarkan semua itu kita kembalikan kepada salib.


Aku hapal betul rasa itu 😨
Rasa takut dan penghukuman yang menghantui setelahnya.
Di saat kita takut dan kebayang hukuman itu, kita juga kepikir kok untuk “balik dari jalan-jalan kita yang salah”.
Kenyataannya Tuhan menginginkan kita “balik” bahkan lebih dari keinginan kita sendiri untuk “balik”. Buktinya apa? Ya pengampunanNya.
 
Yok jatuhkan pilihan yang radikal dalam iman… Apa itu? Terima pengampunan dari Tuhan.
Itu tindakan iman. Kita sudah memiliki pengampunan itu (seperti yang aku pernah tulis di sini).

You are always forgiven, that’s who you are.
Penting bagi kita untuk mengetahui kebenaran ini, karena i’m telling you: the demon will use anything, anyone (even your close person) to impeach (meragukan) this truth.

Rabbi Sacks bilang to say “yes” to who we are, we have to have courage to say no to who we are not.

Aku jelas ngga punya jawaban atas semua pertanyaan tentang ini, tapi satu hal yang aku tau pasti: kita tidak memahami kasih Allah.
Dibutuhkan “kebodohan” untuk percaya bahwa bahkan ketika pilihan-pilihan kita merusak dengan berbagai konsekuensinya yang menyakitkan, kasih Allah tetap tak tergoyahkan.
Terlepas dari segala upaya kita mengisolasi diri kita sendiri, upaya kita membela diri kita sendiri, Allah senantiasa open ama kita.

Dia begitu mengampuni tanpa tertahankan, sabar tanpa batas, dan mengasihi tanpa akhir.


Rian over and out!




(judulnya aku ambil dari lagunya Iron Maiden: Judas Be My Guide, lagu ini dari album Fear Of The Dark yang dirilis tahun 1992, berarti 27 tahun lalu hehehe. Gilbert, i owe you a lot buddy. This one i dedicated to you. I pray one day you will helping people that they have been and are always forgiven).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memberi Makan 4000 Orang

(Jadi,) Tafsir Kontekstual Tidak Terhindarkan

Glico Wings' Frost Bite: Feast Killer