Kecanduan (Kepengen) Kontrol

Wuahhh... udah 2 tahun ngga nulis.

Lahh kok nulis lagi?
Karena artikel dari Carlos Rodriguez (thank you Carlos) ini begitu sangat sangat penting untuk aku terjemahin.
Judul aslinya "The Christian Addiction To Control (And How To Maybe Stay Free From It)".

 
Aku bukan cuman jadi saksi kalau ini benar-benar terjadi, aku bahkan salah satu pelakunya.
Apa itu? Kecanduan kepengen kontrol (mengendalikan) orang-orang.

Institusi rohani seperti Gereja (itu artinya "aku" juga) sering kali ingin supaya orang-orang jangan sampe atau ngurangin ..... 
(isi titik-titik ini biasanya mabok-mabokan, mengumpat, zinah, dlsb).

Di sisi lain, mereka juga mau orang-orang jadi makin ..... 
(isi titik-titik ini biasanya rajin berdoanya, rajin kasi persembahan perpuluhan, zakat, ucapan syukur, infaq, sedekah, rajin pelayanannya, dlsb).






Tapi... mari kita tanya pada diri kita sendiri:
apakah kita mau supaya mereka start/ stop melakukan ini-itu untuk kebaikan mereka sendiri, atau... kebaikan kita?

Sebab kyanya kita mulai mencampur-adukkan antara keselamatan dengan manajemen-perilaku dehhhh.
Kita kebalik-balik antara kabar baik (Injil) dengan nasehat yang baik.

Ohhh kita bisa selamat, bisa masuk sorga klo kita a, b, c, dst.  
Kita jadi eksklusif... perasaan kya cuman kita yang bener.


Dan kita ngelakuin ini bukan ke individu doang, tetapi di skala yang lebih luas: kehidupan sosial.
Kita kasi tau ama mereka apa yang harus dilakukan apa yang tidak, kapan harus beribadah (doa, puasa, ngasi persembahan, dll), apa yang harus dikenakan atau tidak pada tubuh kita (model pakaian, termasuk model rambut, kumis dan jenggot, tato, tindik, dll), acara TV mana yang harus ditonton, musik mana yang harus didengerin, gimana berhubungan sex yang sesuai dengan religi, politikus mana yang harus kita pilih, macem-macem.


Kita mulai "mengendalikan" orang-orang dengan (yang katanya) "kebenaran", smentara Tuhan memanggil kita untuk mengasihi dengan truthfully... yang artinya kita tetap mengasihi mereka walau mereka justru melakukan kebalikan dari sesuatu yang kita harap mereka lakukan.


Kita begitu karena kita merasa bahwa:

"Oh kita kan melakukan itu karena lebih tau dari mereka... (pride).
Atau... "maksud kita baik koq, kita ngga mau mereka ngalamin sperti yang kita alamin..." (false humility).
"Eh, kita ngelakuin ini untuk melindungi mereka lho, ngajarin mereka, tolong mereka..." (muslihat).


Kita berharap "kebenaran" ini diterima karena tertulis di kitab suci (btw setan juga pake trik itu, so? no thank you).
My friend... the truth is a gift, not an overlord.


Memang benar bahwa institusi seperti gereja punya akses kepada pesan-pesan kebenaran (yang terdapat di kitab suci), tetapi jika itu dipakai untuk mengendalikan seseorang, maka kebenaran itu tidak mengerjakan sesuai seperti apa yang Sang Pencipta sabdakan: set you free! Memerdekakan.

Dan kalau kebenaran tidak memerdekakan seseorang, ya no wonder banyak orang masih jadi "tahanan". 
Tahanan rasa bersalah, tahanan sifat dan sikap buruk, tahanan negative thinking, tahanan banyak lahhh you mention it.
Terpenjara di dalam berbagai versi "kebenaran" yang kita "jual". 


Lagian, coba deh... siapa sih yang suka berada di dekat orang yang suka pegang kendali?






Santo Augustine pernah katakan:
"Kebenaran itu laksana singa (auuummmmm), ngga perlu dibela-bela. Lepasin aja dia, dia bisa ngebelain dirinya sendiri".


Sebenarnya kita bisa jadi orang yang murah hati, orang baek tanpa harus mengendalikan seseorang.

Contohnya Yesus.
Dia menyadari siapa diri dia, panggilan dia, tanpa merasa perlu membuktikan dengan mengendalikan siapapun.
Justru sebaliknya dia membuktikan betapa dia adalah seseorang yang kuat dengan cara menjadi pelayan mereka-mereka.

Yesus ngga pernah kendalikan keras kepalanya Petrus (rasulnya), keragu-raguan Thomas (rasulnya juga), bahkan pengkhianatan Yudas (rasulnya lagi).

Padahal klo mau, Yesus bisa.
Mungkin... emang udah sepatutnya Yesus ngontrol sih yaa, tapi... apakah demikian?

tell you my friend: the ways of love are superior to the ways of power.
And Jesus is a teacher, not a puppet master.


Danny Silk bilang orang-orang kuat ngga bakal berusaha mengontrol orang lain. 
Kenapa? 
Karna mereka tau itu ngga akan pernah berhasil dan itu bukan urusan mereka. 
Urusannya adalah ya lo kontrol diri lo sendiri.

Orang-orang dan institusi rohani seperti gereja yang suka mengendalikan akan menciptakan lingkungan yang stressful dan itu sama sekali ngga asik.
Mereka begitu karena mereka fokus pada peraturan, sibuk dengan melakukan yang baik dan menghindari yang jahat.
Mereka mungkin tersenyum di luar, tapi di dalam? 
Gelisah, tidak ada rasa aman, dan berperang dengan rasa bersalah dan tuduhan.
Bahkan ketika mereka telah melakukan lebih dari bagian mereka, mereka tetap resah, tidak pernah merasa cukup, ragu bahwa mereka telah benar-benar soleh dan soleha (menyenangkan hati Tuhan).
Dan saat mereka melakukan dominasi terhadap orang-orang dan situasi-situasi, itu justru seolah-olah seperti loudspeaker yang menyiarkan betapa mereka merasa diri mereka sebenarnya ya biasa aja sama kya yang lain.
Mereka telah makan buah dari pohon yang salah!

Kabar baiknya (nahhh ini) adalahhh...: 
Sang Pemegang Kendali justru ngga mau mengontrol/ mengendalikan kita.
Dia malah "menyembuhkan", "mewaraskan" kita 😀
KasihNya tidak dapat dibatalkan hanya karena kita takut, kasihNya justru mengatasi ketakutan-ketakutan kita.

Wahh sangat melegakan. 
Kalau aku sih bukan lega lagi, tapi merasa lega banget nget nget.

Kita sebagai individu dan sebagai bagian dari institusi apapun (secara keseluruhan) dapat menghidupi suatu kehidupan di mana kita tidak memaksa standar kita ke orang lain dan di saat yang bersamaan kita juga merasa relax, happy, joyful aja gitu dengan apa yang kita imani (percayai).

 
Pada akhirnya... bukan mengendalikan orang lain (controlling people) melainkan mengendalikan diri sendiri (self-control) lah yang merupakan "buah" atau hasil dari kehidupan rohani yang sehat.


(all images by David Hayward aka @nakedpastor

Rian over and out!

Komentar

  1. Wah melegakan baca ini!
    Ibarat sambil makan buah naga, ini makannya buru2 karena tau menyegarkan sampe ke ujung2.

    Wkwkwkkw.

    Thanks for sharing bang rian.
    semangat nulis lagi dan lagi.

    BalasHapus
  2. makasih udah mampir dan membacanya, ren.🙂🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memberi Makan 4000 Orang

(Jadi,) Tafsir Kontekstual Tidak Terhindarkan

Glico Wings' Frost Bite: Feast Killer